PERSAUDARAAN PARA PRIA DI DALAM GEREJA
Alkitab berbicara dengan kuat tentang kesatuan dan kekuatan yang ditemukan dalam persaudaraan. Mazmur 133:1 menyatakan, “Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara- saudara diam bersama dengan rukun! ” Ini bukan sekadar bahasa puitis; ini adalah panggilan untuk bertindak. Persaudaraan sejati lebih dari sekadar persahabatan—tetapi tentang saling menopang dalam pergumulan hidup, saling menguatkan, saling mendoakan, dan saling mempertajam, seperti yang dikatakan dalam Amsal 27:17: “Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya.”
Pada tanggal 3 Mei 2025, IFGF Surabaya mendapat kehormatan dan kesempatan istimewa untuk mengundang Ps. Jimmy Oentoro dalam sebuah acara khusus pria yang diselenggarakan oleh IFGF Men, bekerja sama dengan IFGF Marketplace, yang bertajuk “WALK AND TALK: A JOURNEY OF MANHOOD”.
Acara dimulai dengan berjalan pagi sejauh 5 kilometer. Setelah jalan pagi yang menyegarkan, kami berkumpul bersama untuk mendengarkan sesi pengajaran yang membangun dari Ps. Jimmy mengenai topik tentang kedewasaan pria.

“Being a male is a matter of birth. Being a man is a matter of choice.”
– Edwin Louis Cole –
“Menjadi laki-laki adalah soal kelahiran. Menjadi seorang pria dewasa adalah soal pilihan.”
Peran pria dalam gereja sangatlah unik dan vital. Pria dipanggil untuk memimpin dalam berbagai aspek—bukan melalui dominasi, tetapi dengan melayani dan menjadi teladan kerendahan hati dan kekuatan seperti Kristus. Ini bukan soal kekuasaan; melainkan tanggung jawab, pelayanan, dan akuntabilitas.
Rasul Paulus, dalam surat-suratnya, sering menyebut orang-orang percaya sebagai saudara, dan mendorong mereka untuk hidup dalam kesatuan dan saling mendukung (Roma 12:10, 1 Tesalonika 4:9). Persaudaraan pria di dalam gereja tidak harus rumit. Itu dimulai dengan kehadiran—dari memilih untuk hadir. Persaudaraan itu tumbuh melalui percakapan yang jujur, pergumulan bersama, dan saat-saat doa. Persaudaraan ini ditemukan dalam persekutuan Alkitab bersama, pesan-pesan penguatan di malam hari, dan melayani bersama.

Ps. Jimmy mengingatkan kita bahwa sebagai saudara dalam gereja, kita perlu saling membawa satu sama lain kepada Yesus dan dipanggil untuk saling menopang dan mendukung. Cobaan hidup dapat menjadi tantangan tersendiri bagi para pria, yang kadang merasa terisolasi atau enggan untuk berbagi pergumulan mereka. Persaudaraan pria di dalam gereja adalah tentang menjadi tempat yang aman satu sama lain. Ini tentang mengatakan dengan sungguh-sungguh bahwa “Kamu tidak sendirian.” Persaudaraan berarti merayakan kemenangan bersama dan menanggung beban bersama (Galatia 6:2). Ini berarti memilih persatuan daripada perpecahan, kasih karunia daripada penghakiman, dan kebenaran daripada kepasifan.
Persaudaraan yang kuat di antara para pria juga dapat berkontribusi pada kesehatan gereja secara keseluruhan. Ketika para pria bersatu dalam iman, gereja menjadi kesaksian yang lebih hidup dan efektif bagi dunia. Selain itu, dampak dari persaudaraan yang kuat meluas melampaui gereja lokal. Para pria yang berakar kuat dalam iman dan secara aktif menghidupi prinsip-prinsip persaudaraan menjadi teladan bagi komunitas yang lebih luas. Mereka memberikan contoh kepemimpinan yang berdampak bagi keluarga, tempat kerja, dan lingkungan mereka.

Saya percaya bahwa pria tidak pernah diciptakan untuk berjalan sendirian. Yesus sendiri menempatkan diri-Nya dengan dua belas pria lainnya—bukan hanya untuk mengajar mereka, tetapi untuk menjalani hidup bersama mereka. Mereka tertawa, makan, melayani, dan menderita bersama. Itu bukan kebetulan—tapi disengaja. Persaudaraan adalah bagian dari rancangan Allah.
Saya ingin mendorong dan menantang para pria di gereja: inilah panggilanmu untuk bangkit. Saudara-saudaramu membutuhkanmu. Generasi muda membutuhkan teladanmu. Jangan menunggu orang lain untuk memulai. Jadilah orang yang mengambil inisiatif untuk yang mengajak dan menguatkan.
Mulailah dari hal sederhana. Undanglah seorang pria untuk ngopi. Bergabunglah dalam kelompok pria. Bagikan kesaksianmu. Dengarkan tanpa menghakimi. Berdoalah bersama seseorang. Kita tidak perlu menjadi sempurna—kita hanya perlu hadir untuk saudara-saudara kita.
Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap- tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah.
(1 Petrus 4:10 TB)
Sumber: Jerry Ruslim (Koordinator Pria Global)