PENGURUS YANG SETIA
Sebelum pertemuan dramatis dengan Tuhan di semak yang menyala, permintaan yang berani kepada Firaun untuk melepaskan Bangsa Israel, dan pembebasan ajaib Bangsa Israel dari perbudakan selama 400 tahun, ada seorang pahlawan yang jarang disebut, seorang wanita pemberani yang beriman bernama Yokhebed. Diperkenalkan dalam Keluaran 2, ia adalah ibu dari Musa, Miryam dan Harun, dan keberaniannya yang tenang menjadi dasar pembebasan Israel dari perbudakan.
Kita tahu latar belakang Firaun yang naik takhta setelah zaman Yusuf. Tidak seperti pendahulunya, ia memandang penambahan populasi Bangsa Israel sebagai ancaman. Untuk mengendalikan dan menindas mereka, ia memperbudak bangsa itu dan mengeluarkan perintah yang kejam untuk membunuh semua bayi laki-laki Ibrani yang lahir. Meskipun hidup dalam masa yang sulit dan budaya penindasan, penyertaan, pemeliharaan, dan perlindungan Tuhan begitu nyata atas umat-Nya.
Biarlah hal ini menjadi dorongan bagi Anda, para ibu: janganlah goyah atau takut dengan zaman yang sedang kita jalani. Sebaliknya, biarlah hal ini menjadi sebuah pesan pengharapan – sebuah pengingat bahwa Tuhan terus menggenapi tujuan-Nya dari generasi ke generasi, bahkan di tengah ketidakpastian hidup.
Kiranya hal ini juga menjadi pengingat yang mendalam bahwa kita dipanggil untuk menjadi pengurus yang setia, seperti yang ditekankan dalam 1 Petrus 4:10. Penatalayanan berarti pengelolaan yang cermat dan bertanggung jawab atas apa yang telah dipercayakan kepada kita. Ini tentang menerima dan menjalankan peran yang telah Tuhan berikan. Tuhan mempercayakan kepada kita waktu, talenta, sumber daya, dan hubungan – dan mungkin yang paling sakral, peran sebagai seorang ibu.
Mari kita pelajari Keluaran 2:1-10,
“ 1 Seorang laki-laki dari keluarga Lewi kawin dengan seorang perempuan Lewi;
2 lalu mengandunglah ia dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika dilihatnya, bahwa anak itu cantik, disembunyikannya tiga bulan lamanya.
3 Tetapi ia tidak dapat menyembunyikannya lebih lama lagi, sebab itu diambilnya sebuah peti pandan, dipakalnya dengan gala-gala dan tér, diletakkannya bayi itu di dalamnya dan ditaruhnya peti itu di tengah-tengah teberau di tepi sungai Nil;
4 kakaknya perempuan berdiri di tempat yang agak jauh untuk melihat, apakah yang akan terjadi dengan dia.
5 Maka datanglah puteri Firaun untuk mandi di sungai Nil, sedang dayang-dayangnya berjalan-jalan di tepi sungai Nil, lalu terlihatlah olehnya peti yang di tengah-tengah teberau itu, maka disuruhnya hambanya perempuan untuk mengambilnya.
6 Ketika dibukanya, dilihatnya bayi itu, dan tampaklah anak itu menangis, sehingga belas kasihanlah ia kepadanya dan berkata: ”Tentulah ini bayi orang Ibrani.”
7 Lalu bertanyalah kakak anak itu kepada puteri Firaun: ”Akan kupanggilkah bagi tuan puteri seorang inang penyusu dari perempuan Ibrani untuk menyusukan bayi itu bagi tuan puteri?”
8 Sahut puteri Firaun kepadanya: ”Baiklah.” Lalu pergilah gadis itu memanggil ibu bayi itu.
9 Maka berkatalah puteri Firaun kepada ibu itu: ”Bawalah bayi ini dan susukanlah dia bagiku, maka aku akan memberi upah kepadamu.” Kemudian perempuan itu mengambil bayi itu dan menyusuinya.
10 Ketika anak itu telah besar, dibawanyalah kepada puteri Firaun, yang mengangkatnya menjadi anaknya, dan menamainya Musa, sebab katanya: ”Karena aku telah menariknya dari air.”
1. Pengurus yang Setia Hidup dalam Ketaatan dan Kesungguhan
Pertama-tama, saya ingin memberikan penghormatan kepada para orangtua dan keluarga yang telah setia dan berjerih lelah menjaga anak-anak mereka dari pengaruh dunia. Kita hidup di zaman yang penuh tantangan dan rumit, yang menuntut kesungguhan dan keberanian. Sebagai orangtua, kita dipanggil untuk melindungi hati dan pikiran anak-anak kita agar mereka dapat mengenal Tuhan secara pribadi dan menjalani hidup yang memuliakan-Nya.
Orangtua, terutama para ibu-biarlah ini menjadi pengingat yang memberi harapan; setiap doa yang diucapkan, setiap usaha untuk membawa anak-anak ke gereja, setiap waktu yang dihabiskan untuk membaca Firman bersama mereka, dan setiap upaya untuk menjalankan kebenaran Tuhan di rumah Anda tidak pernah sia-sia.
Mungkin ada hari-hari ketika Anda merasa semua usaha itu tidak diperhatikan, ketika anak-anak tampak acuh tak acuh, atau ketika pengaruh dunia terasa begitu kuat. Tapi tenanglah—benih-benih yang Anda tanamkan dengan setia sedang bertumbuh. Tuhan melihat setiap tindakan ketaatan dan pengorbanan yang dilakukan karena kasih Anda kepada keluarga dan Tuhan. Waktu yang Anda investasikan untuk membina kehidupan rohani anak-anak Anda jauh lebih berarti daripada yang Anda pikirkan.

Di Alkitab tertulis bahwa Firman Tuhan tidak akan kembali dengan sia-sia (Yesaya 55:11). Bahkan jika Anda belum melihat buahnya sekarang, percayalah bahwa jerih payah Anda di dalam Tuhan sedang menghasilkan sesuatu yang kekal. Anda sedang membangun dasar iman yang akan berdampak bagi generasi-generasi mendatang. Jadi, terus lanjutkan. Teruslah berdoa, mengajar, dan menjadi teladan kasih Kristus. Tuhan sedang bekerja melalui Anda dan Dia akan setia untuk menyelesaikan apa yang telah Dia mulai dalam keluarga Anda.
2. Pengurus yang Setia Merespons dengan Iman yang Radikal
Dalam ayat 3 dikatakan bahwa Yokhebed tidak dapat lagi menyembunyikan anaknya. Ia harus melepaskannya ke sungai, ke tempat yang tidak diketahui. Dibutuhkan keberanian yang luar biasa untuk Yokhebed menyembunyikan dan melindungi anaknya di mana hal itu bisa saja membuatnya kehilangan nyawanya. Namun dibutuhkan iman yang radikal — yang melampaui logika untuk melepaskan bayinya ke sungai dan mempercayakan sepenuhnya kepada Tuhan apa yang paling berharga baginya.
Bayangkan betapa beratnya saat itu: memasukkan putranya yang berharga ke dalam keranjang, tanpa tahu ke mana arus akan membawanya atau apa hasilnya. Tidak ada jaminan, tidak ada tanda-tanda harapan. Namun, di tengah ketidakpastian, Yokhebed percaya pada kedaulatan Tuhan. Dia percaya bahwa bahkan ketika segala sesuatunya tidak masuk akal, Tuhan akan memberikan jalan.
Dia tidak menyangka bahwa tindakan ketaatan yang sederhana itu akan terus dibicarakan sampai beberapa generasi. Dia tidak tahu bahwa bayi yang dilepaskannya itu yang kelak akan dipakai Tuhan untuk menghadapi Firaun, membelah Laut Merah, dan memimpin seluruh bangsa menuju kebebasan. Tetapi itulah kuasa dari penyerahan diri. Satu-satunya alasan Musa bisa selamat—dan akhirnya menggenapi panggilan ilahinya—adalah karena peran seorang ibu yang rela menyerahkan kepada Tuhan apa yang telah dipercayakan kepadanya.
Yokhebed memahami sebuah kebenaran yang mendalam: sesungguhnya anak-anak kita adalah milik Tuhan. Dan ketika kita menyerahkan mereka ke dalam tangan-Nya, Tuhan sanggup melakukan jauh lebih besar daripada yang bisa kita lakukan. Imannya bukan hanya melindungi anaknya, tetapi membentuk masa depan sebuah bangsa. Demikian juga, ketaatan, penyerahan, dan iman Anda sebagai orangtua dapat menjadi fondasi bagi mukjizat-mukjizat yang mungkin tidak belum pernah Anda lihat dengan mata sendiri — tetapi yang akan Tuhan genapi tepat pada waktunya.
3. Pengurus yang Setia Mencari Hikmat dari Tuhan
Kepekaan Yokhebed untuk memahami betapa pentingnya menyelamatkan nyawa bayinya dan keberaniannya untuk mempercayakan Miryam, putrinya, agar mengawasi sang bayi adalah tindakan penuh hikmat yang hanya dapat lahir dari hati yang dilandasi iman. Ini bukan sekadar naluri seorang ibu untuk melindungi, tetapi keputusan yang dipimpin oleh roh di tengah masa yang penuh bahaya dan keputusasaan.
Pilihannya mencerminkan arti sejati dari menjadi orangtua yang bijak dan takut akan Tuhan. Pengasuhan yang bijak berakar pada Firman Tuhan. Hal ini ditandai dengan kasih tanpa syarat, dibentuk oleh kebenaran, dan diseimbangkan dengan disiplin yang baik. Orangtua yang bijak tidak bereaksi dengan ketakutan, melainkan merespons dengan tujuan dan visi. Yokhebed tidak sekadar berusaha menyelamatkan Musa, ia menempatkannya dalam iman, di dalam rencana dan pemeliharaan Allah.
Demikian juga di dunia sekarang ini, menjadi orangtua yang bijak membutuhkan kepekaan rohani yang sama. Anak-anak kita sedang menghadapi arus budaya yang kompleks. Mereka membutuhkan lebih dari sekadar aturan atau larangan — mereka membutuhkan arahan, pembentukan, dan jalan yang jelas yang menuntun mereka kepada rancangan Tuhan atas hidup mereka.
Hikmat dalam mengasuh bukanlah tentang mengendalikan perilaku, melainkan membentuk karakter. Bukan tentang menjaga tampilan luar, tetapi memelihara hati. Tujuan kita bukan hanya membesarkan anak-anak yang berperilaku baik, tetapi agar mereka mengenal Tuhan, mengasihi kebenaran, hidup dalam tujuan, dan berdiri teguh dalam iman.
Yokhebed menjadi teladan dari hikmat seperti ini—hikmat yang berani mengambil keputusan sulit dengan percaya, memperlengkapi generasi selanjutnya (seperti ia lakukan terhadap Miryam), dan pada akhirnya menyerahkan hasilnya kepada Tuhan. Kisahnya mengingatkan kita bahwa ketika pengasuhan dilakukan dalam iman dan dituntun oleh hikmat Tuhan, hal itu bisa memengaruhi generasi dan meninggalkan warisan kebenaran.
Kepada para calon ibu atau wanita yang berjalan setia bersama Tuhan, ketahuilah ini: hidupmu punya tujuan, dan karunia yang Tuhan berikan kepadamu sangat dibutuhkan. Apakah Anda sedang mempersiapkan diri untuk menjadi seorang ibu, atau mencari cara lain untuk melayani, Anda ditempatkan secara unik untuk membawa dampak dalam kehidupan orang lain.

Firman Tuhan mengingatkan kita dalam 1 Petrus 4:10 bahwa setiap orang telah menerima karunia, dan kita dipanggil untuk melayani satu sama lain sebagai pengurus yang setia dari kasih karunia Allah. Karuniamu tidak harus ditampilkan di atas panggung agar menjadi bermakna. Karunia itu bisa diwujudkan melalui keramahtamahan—membuka rumah dan hatimu untuk orang lain. Bisa juga melalui mengajar, memberi dorongan lewat Firman, membimbing wanita yang lebih muda, atau mendampingi seseorang dalam perjalanan imannya.
Terkadang, itu sesederhana menelpon seorang teman untuk menanyakan kabar, sebuah tulisan tangan, melakukan tindakan kecil yang berarti, atau berdoa untuk seseorang secara diam-diam. Tindakan-tindakan ini mungkin kelihatan kecil, tetapi di dalam Kerajaan Allah, tidak ada satu hal pun yang dilakukan dengan kasih yang akan sia-sia. Ketika kita menggunakan karunia kita — seberapa pun sederhana kelihatannya — kita sedang mencerminkan hati Yesus dan membangun Tubuh Kristus.
Jadi, kepada setiap wanita Tuhan, dapatkan kembali semangatmu: kehadiranmu berarti, pelayananmu berarti, dan ketaatanmu memiliki nilai kekal.
Sumber: Jennifer Wijaya (Koordinator Wanita Global)