Pastoral Hub
top
i

IFGF Global

dibentuk melalui hal-hal yang biasa

Dibentuk Melalui Hal-hal yang Biasa

Sambil menunggu surat penerimaan program pascasarjana, saya bekerja di sebuah tempat penitipan anak selama sekitar dua tahun untuk menambah pengalaman dalam mengurus dan merawat anak-anak usia sekolah. Saya sangat menikmati waktu bersama anak-anak yang saya rawat, sementara itu, beberapa tugas dan rutinitas yang saya lakukan terasa sangat monoton. Setiap hari saya bertugas untuk memotong buah dan sayuran, membagikan camilan kepada anak-anak, dan kemudian membersihkan piring atau sisa camilan mereka yang berantakan.

Suatu hari, sebuah pikiran mengganggu tebersit dalam benak saya, “Kamu telah menghabiskan empat tahun mempelajari pendidikan dan pengembangan anak, tapi ini yang kamu lakukan? Menyapu lantai?” Segera setelah itu, saya memutar balikkan pikiran itu dan membisikkan pada batin saya, “Setialah dalam setiap perkara, kecil maupun besar.”

Dan saya mulai mengucap syukur kepada Tuhan atas pekerjaan, berbagai keterampilan, dan waktu yang Dia berikan kepada saya untuk mempersiapkan apa yang akan datang. Saya tahu bahwa waktu Tuhan selalu sempurna, jadi saya berada di tempat yang seharusnya. Saya belajar bahwa bahkan dalam momen yang terasa biasa saja, Tuhan masih bekerja dalam hidup kita di mana Dia membentuk karakter kita untuk menjadi seperti Dia dan menggunakan kisah kita untuk kemuliaan-Nya.

Dalam Yohanes 4:1-42 dicatat bahwa Yesus pergi ke sebuah kota bernama Sikhar dan bertemu dengan seorang wanita Samaria yang datang untuk menimba air dari sumur. Berdasarkan dialog mereka, tersirat bahwa wanita Samaria ini dipandang rendah dalam budayanya, dia adalah orang yang terbuang dari masyarakat karena status sosial dan pilihan hidupnya (memiliki lima suami). Meskipun ada halangan sosial, Yesus peduli dengan wanita ini. Dia mendekati wanita ini tepat di tempat dia berada, dalam ketidakberdayaannya, dalam tugas biasa mengambil air dari sumur.

10 Jawab Yesus kepadanya:“Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup.”

Mari kita lihat di Yohanes 7:37-39 untuk mendapatkan pemahaman penuh tentang makna di balik air hidup, di mana Yesus berkata,

37 37Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! 38Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.” 39 39Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan.

Konteks air hidup ini juga sejalan dengan Mazmur 36:9-10, di mana tertulis

9Sebab pada-Mu ada sumber hayat, di dalam terang-Mu kami melihat terang. 10Lanjutkanlah kasih setia-Mu bagi orang yang mengenal Engkau, dan keadilan-Mu bagi orang yang tulus hati!”

Dari kedua ayat tersebut, kita tahu bahwa air hidup adalah Roh Allah. Dunia mungkin menawarkan kepuasan yang sementara dan kurang berarti; namun, Yesus menawarkan damai, sukacita, kasih, dan hubungan yang memuaskan. Dia telah menjanjikan kasih yang kekal dan tidak pernah mengecewakan.

Itulah sebabnya saya percaya bahwa ketika kita bertemu dengan Juruselamat kita setiap hari, maka hidup kita tidak akan terasa membosankan. Saat kita bangun menjadi kesempatan untuk mengenal Dia dan memperkenalkan Dia kepada orang lain melalui teladan hidup kita. Kita akan memiliki semangat dari dalam untuk mengetahui kebenaran-Nya dan belajar berjalan dalam kebenaran-Nya. Datang ke gereja tidak lagi menjadi sebuah rutinitas, tetapi menjadi tempat kita mengagungkan pencipta dan penyempurna iman kita

Pelayanan kita juga tidak akan menjadi beban, sebaliknya itu adalah hasil dari hubungan pribadi kita dengan Kristus. Pelayanan menjadi sebuah kehormatan. Yesus menekankan ini dalam ayat 23-24,

“Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. 24 Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.”

Seperti topik yang sedang kita bahas bulan ini mengenai roh yang dapat diajar, saya percaya bahwa seseorang dengan roh yang dapat diajar adalah orang yang menunjukkan kelemah lembutan. Seorang yang merendahkan hati karena anugerah keselamatan dari Tuhan, akan datang ke hadirat-Nya dengan jiwa yang hancur dan penyesalan. Seseorang yang datang dengan sikap berserah penuh seperti yang ditunjukkan oleh wanita di sumur dalam ayat 15,

“Kata perempuan itu kepada-Nya: “Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air.”

Menurut saya, pernyataannya menggambarkan rasa penasarannya dan hasratnya akan hadirat Tuhan. Ketika kita memiliki roh yang dapat diajar, maka kita akan sungguh-sungguh dalam belajar, merenungkan, menghafal, dan mempraktikkan Firman Tuhan. Di akhir kisah ini, kita bisa melihat bahwa karena sikap penyembahannya, banyak orang Samaria yang datang mengenal Yesus sebagai Juruselamat mereka.

Sepintas wanita di sumur ini mungkin kelihatan biasa saja atau melakukan tugas yang biasa, tapi kita telah melihat bahwa sangat penting untuk menerima tuntunan Tuhan bagi kita. Mungkin Tuhan ingin Anda bertumbuh di area tertentu dalam kehidupan Anda? Mungkin Dia ingin Anda melepaskan kepahitan di hati dan memaafkan orang lain? Atau mungkin belajar untuk bersabar dan menunjukkan kasih kepada orang lain dengan sungguh-sungguh?

Apa pun itu, saya berharap pesan ini mendorong Anda untuk mengizinkan Kristus bekerja melalui kehidupan Anda. Saya berdoa agar Anda terus memiliki perspektif yang terbuka, kerendahan hati, dan semangat yang diperbaharui dalam hubungan pribadi Anda dengan Kristus.

Dalam kasih dan doa,
Jennifer Wijaya
Koordinator Wanita Global

Selanjutnya: ISLAND MISSION FEBRUARI 2023

Post a Comment