Pastoral Hub
top
i

IFGF Global

HATI YANG DIMURNIKAN


Pernahkah Anda mengharapkan sesuatu namun ternyata hasilnya bertolak belakang dengan apa yang Anda harapkan? Saya ingat ketika mendaftar ke University of British Columbia (UBC) tepat setelah saya lulus SMA, saya memiliki harapan yang tinggi karena berpikir bahwa saya pasti akan diterima di program Pendidikan. Saya bahkan berdoa di depan gedung Pendidikan dengan ibu saya (dia adalah orang yang memiliki iman yang besar).


Namun, ketika saya mengetahui bahwa saya tidak diterima dan harus mendaftar ke sekolah lain, saya merasa kecewa. Saya menundukkan kepala, tapi tetap bekerja keras untuk mendapatkan gelar sarjana di sekolah pilihan kedua saya. Lucunya, Tuhan mengarahkan saya lagi untuk melamar ke program pascasarjana di UBC. Saya tidak siap untuk dikecewakan lagi, tetapi semua anggota keluarga dan gereja saya mendukung saya dalam doa. Dan, tak lama kemudian, saya diterima dalam program tersebut pada waktu Tuhan yang sempurna dan untuk tujuan besar-Nya, agar hati saya diselaraskan dengan-Nya.


Dengan cara yang sama, ada dua orang percaya yang mengikuti Yesus selama pelayanan-Nya. Mereka berharap Yesus diangkat menjadi pemimpin politik Israel, tetapi mereka kecewa ketika mereka baru saja menyaksikan guru mereka disalibkan. Mereka putus asa, tetapi Tuhan memiliki rencana yang jauh lebih besar. Mari kita lihat Lukas 24:13-35.


13 Pada hari itu juga dua orang dari murid-murid Yesus pergi ke sebuah kampung bernama Emaus, yang terletak kira-kira tujuh mil jauhnya dari Yerusalem,
14 dan mereka bercakap-cakap tentang segala sesuatu yang telah terjadi.
15 Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran, datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan mereka.
16 Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia. .

17 Yesus berkata kepada mereka: ”Apakah yang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?” Maka berhentilah mereka dengan muka muram.
18 Seorang dari mereka, namanya Kleopas, menjawab-Nya: ”Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan ini?”
19 Kata-Nya kepada mereka: ”Apakah itu?” Jawab mereka: ”Apa yang terjadi dengan Yesus orang Nazaret. Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami.
20 Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya.
21 Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi.
22 Tetapi beberapa perempuan dari kalangan kami telah mengejutkan kami: Pagi-pagi buta mereka telah pergi ke kubur,
23 dan tidak menemukan mayat-Nya. Lalu mereka datang dengan berita, bahwa telah kelihatan kepada mereka malaikat-malaikat, yang mengatakan, bahwa Ia hidup.


Konteksnya adalah murid-murid Yesus diberitahu bahwa kubur tidak dapat menahan Yesus. Dia telah menggenapi amanat agung untuk dibangkitkan pada hari ketiga, tabir terbelah, dan semuanya menunjukkan bahwa Yesus masih hidup! Peristiwa itu seharusnya menjadi peristiwa yang penuh sukacita, tetapi kedua pengikut Yesus justru merasa sedih. Mereka sangat terpukul karena mereka terlalu fokus pada kekecewaan dan masalah mereka.


Kedua orang ini melewatkan fakta bahwa Yesus datang ke bumi untuk tujuan yang lebih besar, yaitu membebaskan manusia dari dosa dan bukannya untuk tujuan politik. Seberapa sering hal ini terjadi pada kita? Kita memiliki kecenderungan untuk lebih mementingkan keinginan kita daripada kehendak Allah. Tetapi Yesus dengan penuh kasih mengejar dan melayani mereka.


Ayat 16 sangat menarik perhatian saya, “Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia. Ini melukiskan sebuah gambaran yang indah tentang Yesus yang membongkar cara berpikir lama mereka untuk menghidupkan kembali rasa keputusasaan mereka. Yesus hanya menemui mereka di mana mereka berada, sehingga Dia dapat menyatakan diri-Nya kepada mereka sebagai Juruselamat mereka dengan cara yang pribadi dan intim.


Mungkin ketika Anda membaca, Anda diingatkan akan sebuah doa yang telah Anda nantikan. Selama beberapa waktu ini Anda telah mendoakan seorang anggota keluarga untuk menerima Yesus sebagai Juruselamat. Atau mungkin Anda sedang kehabisan akal ketika Anda sedang menantikan sebuah rumah, pekerjaan, perubahan karier, rumah, suami, atau anak.


Saya bersyukur kepada Tuhan karena kita dapat dengan percaya diri menyampaikan permintaan kita kepada Tuhan. Pada saat yang sama, saya berdoa agar hal ini tidak mengalihkan fokus kita dari tujuan Tuhan untuk kita di musim ini. Ucapkanlah dalam hidup Anda janji yang tertulis dalam 1 Korintus 2:9, “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.”


Saya berdoa agar Anda terus menaruh kepercayaan dan pengharapan hanya kepada Yesus saja, karena pada akhirnya Dia tahu apa yang terbaik bagi kita. Hanya Yesus yang dapat mengubah sesuatu yang tidak berharga menjadi berharga, keputusasaan menjadi sukacita, dan apa yang mustahil di mata manusia menjadi mungkin melalui Dia. Kembali kepada dua orang yang melakukan perjalanan ke Emaus, tampaknya ada perubahan hati setelah mereka menghabiskan waktu bersama Yesus.


25 Lalu Ia berkata kepada mereka: ”Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi!
26 Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?”
27 Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.
28 Mereka mendekati kampung yang mereka tuju, lalu Ia berbuat seolah-olah hendak meneruskan perjalanan-Nya.
29 Tetapi mereka sangat mendesak-Nya, katanya:”Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam.” Lalu masuklah Ia untuk tinggal bersama-sama dengan mereka.
30 Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka.
31 Ketika itu terbukalah mata mereka dan mereka pun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka.
32 Kata mereka seorang kepada yang lain: “Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?”


Bukankah menakjubkan bahwa tidak peduli berapa lama kita telah mengikut Yesus, kita masih dapat mengalami kehadiran-Nya dengan cara yang baru dan mendalam? Di sini kita melihat proses pemurnian dalam diri para pengikut Yesus dari keinginan untuk menyesuaikan agenda mereka dengan rencana Allah menjadi sebuah keinginan yang bertumbuh dalam ketaatan yang setia.


Mereka tidak lagi mementingkan diri sendiri dan lebih tertarik pada ambisi tanpa pamrih. Mereka mulai melihat hati Allah di balik penebusan dosa dan kerajaan yang kekal. Yesus tahu apa yang mereka inginkan, tetapi Dia memberikan apa yang mereka butuhkan, yaitu Roh Kudus untuk menyalakan kerinduan yang lebih dalam akan kehidupan yang kudus, benar, dan penuh pengharapan.


Roti yang mereka ambil melambangkan tubuh Yesus yang dipecahkan bagi kita. Bersamaan dengan itu, roti tersebut melambangkan bagaimana Firman-Nya adalah manna yang segar bagi kita. Sangatlah penting bagi kita untuk meluangkan waktu untuk bertemu dengan kebenaran-Nya setiap hari, sehingga kita dapat diperbaharui dalam pikiran, perspektif, dan fokus kita dalam hidup bagi Kerajaan-Nya.


Semakin banyak kita membaca Firman-Nya, semakin Dia menyingkapkan karakter-Nya untuk kita wujudkan. Tanda sejati seorang Kristen adalah kehidupan yang sepenuhnya tunduk pada tuntunan Roh Kudus dalam mengoreksi kita, membuang kebiasaan dosa kita, dan memurnikan kita untuk menumbuhkan buah Roh.


Saya percaya bahwa ayat ini mengajak kita untuk mengambil inisiatif dalam mempelajari Firman, menghadiri kelas-kelas atau membangun pengetahuan kita akan Firman Tuhan. Kita juga perlu mencari mentor atau pemimpin rohani yang dapat dipercaya untuk memuridkan kita dan meminta bimbingan di area-area yang dibutuhkan untuk pertumbuhan rohani kita. Saya senang melihat para wanita di gereja kami saling berbagi pengetahuan satu sama lain, melalui berbagai tahap kehidupan, dan saling mendoakan.


Jika kita terus membaca, kita melihat kedua orang itu secara alami berjalan sejauh tujuh mil kembali ke Yerusalem, supaya mereka dapat bersekutu dengan para murid yang lain. Hati mereka berubah secara radikal; mereka terbakar oleh semangat yang menyala-nyala bagi Kristus.


Jika dipikir-pikir, saya ditempatkan di UBC pada saat itu karena Roh Kudus menuntun saya untuk berbicara tentang Injil kepada teman-teman sekelas saya. Saya berkesempatan untuk menyemangati dan mendoakan teman sekelas yang kehilangan pasangannya selama program Pendidikan kami. Jadi, saya mungkin tidak langsung mendapatkan jawaban atas doa saya, tetapi Tuhan tetap setia dalam mempersiapkan saya untuk menerima tugas saya.


Memasuki minggu yang kudus, saya berharap pesan ini mendorong kita untuk tunduk pada ajaran-Nya seperti yang tertulis dalam Matius 16:24, “Setiap orang yang mau menjadi murid-Ku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” Hal apakah yang telah Allah ingatkan kepada Anda untuk berserah kepada-Nya? Bagaimana Allah mendorong Anda untuk menyelaraskan kembali rencana Anda dengan rencana-Nya? Tugas apakah yang telah Allah panggil untuk Anda pada musim ini?


Ketika kita menanggung kesusahan dan penderitaan, kita dapat menemukan pengharapan dengan mengetahui bahwa Allah menggunakan pengalaman-pengalaman ini untuk membawa kita lebih dekat kepada-Nya dan memurnikan kita. Kita dapat yakin bahwa tidak ada yang kita alami tanpa tujuan, karena Tuhan menguatkan iman kita dan memurnikan hati kita melalui semua itu.


Sumber: Jennifer Wijaya (Koordinator Wanita Global)

Post a Comment