Pastoral Hub
top
i

IFGF Global

dibebaskan untuk kemuliaan tuhan

Dibebaskan untuk Kemuliaan Tuhan

Jika ada tokoh Alkitab yang paling bisa dikaitkan dengan kehidupan saya, itu adalah Musa. Bukan dalam arti diapungkan di Sungai Nil saat bayi, tetapi dibelenggu dengan roh ketakutan. Ketika saya masih muda, saya selalu takut menatap mata orang-orang. Dalam ruangan penuh orang asing, dulu saya selalu menyembunyikan diri dan tidak berani untuk berbicara dengan mereka. Selain itu, beberapa orang di masa lalu saya, seperti seorang guru di sekolah menengah saya, mengatakan bahwa saya tidak mampu mencapai target akademis saya. Komentar tersebut sangat menempel dalam masa remaja saya. Hal itu membuat saya merasa tidak pandai dalam hal apa pun. Tidak ada gunanya mencoba hal-hal baru karena saya takut gagal. Sekarang, saya telah berdamai dengan hal itu dan tidak menyimpan dendam terhadap mereka karena saya mengerti bahwa komentar-komentar itu hanyalah kebohongan dari si iblis.

Ketika diberi tugas untuk membebaskan bangsa Israel dari Mesir, Musa menjawab kepada Tuhan, “Bagaimana jika mereka tidak percaya kepadaku dan tidak mendengarkan perkataanku, melainkan berkata: TUHAN tidak menampakkan diri kepadamu’?” (Keluaran 4:1). Setelah Tuhan menunjukkan kepada Musa bahwa Dia akan bersamanya melalui tanda-tanda dan mukjizat, Musa melanjutkan berkata, “Ampunilah hambamu ini, Tuhan. Aku tidak pernah pandai bicara, dahulu pun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mu pun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah.” (Keluaran 4:10).

Saya pernah mengalami situasi seperti itu sebelumnya di mana saya merasa tidak mampu untuk mengerjakan tugas yang diberikan Tuhan. Ketika saya berada di tahun pertama universitas, saya diminta untuk menjadi pemimpin care group pemuda di IFGF Vancouver. Ini adalah tugas yang menakutkan bagi saya untuk menerima panggilan itu karena saya merasa tidak mampu untuk peran tersebut. Namun, Tuhan dengan lembut mengingatkan akan dua kebenaran ini yang menyelamatkan dari ketakutan dan ketidakamanan saya.

Dalam saat teduh saya, Tuhan mengingatkan bahwa sudah waktunya bagi saya untuk melepaskan luka masa lalu dan menyerahkannya kepada Tuhan. Saya menulisnya dalam jurnal tentang semua kebohongan yang dikatakan si iblis terhadap saya dan menemukan ayat-ayat Firman Tuhan yang membantu mengingatkan akan perspektif Tuhan terhadap saya. Saya cukup (Mazmur 139: 13-16), saya adalah anak Allah yang hidup (Roma 8:15), dan saya diperbaharui (2 Korintus 5:17), dan saya utuh dalam Kristus.

Lalu saya menolak segala roh ketakutan dalam diri saya dan meminta Tuhan untuk memulihkan saya dengan keyakinan dan keamanan yang hanya dapat ditemukan melalui Dia. Setiap kali saya terjebak dalam pikiran yang mengganggu atau perkataan diri yang negatif, saya ucapkan 2 Timotius 1:7 kepada diri saya, “Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. Setiap kali saya membiarkan Kristus menguatkan saya dengan kebenaran-Nya, saya menyadari bahwa ketakutan tidak lagi memiliki kuasa atas saya.

Saya menyadari identitas saya di dalam Yesus, sehingga tidak lagi terganggu oleh komentar negatif yang dilontarkan orang lain terhadap saya. Saya menyadari bahwa segala kejadian buruk dalam hidup kita, mampu diubah Tuhan menjadi rancangan kebaikan. Dia membentuk pandangan saya untuk senantiasa mengandalkan Dia, bukan kekuatan saya sendiri. Berdasarkan bacaan dari Keluaran 4, tampak jelas bahwa Musa diselimuti dan dilumpuhkan oleh ketakutan. Dia lebih berfokus pada keterbatasannya sendiri daripada kuasa Tuhan yang tak terbatas. Tuhan mampu menyelamatkan, memberi pengharapan, dan memberikan jalan keluar dari situasi yang sulit.

Oleh karena itu, saya mendorong Anda, saudara-saudari saya dalam Kristus, untuk menyimpan Firman Tuhan di dalam hati Anda. Serahkan hati Anda kepada arahan-Nya dan lawan kebohongan si iblis. Suatu perasaan yang membebaskan ketika menyerahkan kecemasan dan masa lalu kita kepada Tuhan. Hanya Tuhan yang dapat membebaskan kita dari hidup dengan mentalitas korban menjadi hidup berkemenangan. Saat saya fokus pada Yesus, saya tidak lagi berfokus pada diri saya sendiri atau ketakutan saya. Sebaliknya, saya belajar menemukan rasa aman hanya dalam Kristus. Sekarang, ini menjadi kisah kemenangan saya di mana Dia ingin memakai saya melampaui segala keterbatasan dan kelemahan saya.

Dalam Keluaran 4:12, Tuhan memberi perintah kepada Musa,Sekarang pergilah; Aku akan membantumu berbicara dan akan mengajarmu apa yang harus dikatakan.” Mengambil perspektif Musa sejenak, saya mengerti bahwa berbicara kepada Firaun dan menuntutnya untuk membebaskan bangsa Israel bukanlah tugas yang mudah. Di sisi lain, saya percaya Tuhan telah menempatkan Musa sesuai rencana-Nya untuk membebaskan umat-Nya dari kuasa Firaun. Bukanlah suatu kebetulan bahwa Tuhan menyelamatkan Musa dari kematian ketika bayi dan mengutusnya untuk menjadi orang yang menyelamatkan bangsa Israel dari penindasan. Demikian pula, ketika Tuhan telah membebaskan kita dari dosa ke dalam terang kemuliaan-Nya, kita juga diberi tugas untuk menyampaikan kebenaran ini kepada semua orang yang belum mengenal Kristus. Kristus mengajarkan kita untuk memiliki belas kasihan seperti yang Dia lakukan dan belajar taat.

Dulu saya membatasi diri dengan berpikir bahwa saya tidak bisa berbicara dengan orang lain, saya introvert. Tapi Tuhan telah menolong saya untuk melepaskan kecemasan itu dan menganggapnya sebagai belajar tentang kisah orang lain. Ini benar-benar tentang terhubung dengan orang lain, membuat mereka merasa dilihat, didengar, dan dihargai. Saya selalu mengingatkan diri untuk ada bagi orang-orang yang merasa kesepian atau patah hati, serta menolong orang yang membutuhkan.

Selama bertahun-tahun, Tuhan telah mendorong saya untuk memberdayakan dan mendorong generasi muda. Kisah hidup saya telah menginspirasi para pemuda di gereja kami. Saya tidak pernah membayangkan bahwa saya akan menjadi seorang pembicara dan pengajar. Tahun ini, Tuhan memberi saya dan seorang jemaat gereja kami (Natalia) kesempatan untuk bersama Ps. Herman Ong membagikan pesan di konferensi generasi muda IFGF Uganda dan Zimbabwe.

Saya merasa diberkati berada di tengah orang-orang yang merindukan perubahan dan memberi dampak pada komunitas di luar gereja. Saya berbagi sedikit kesaksian saya tentang keluar dari zona nyaman, membiarkan Tuhan memenuhi tujuan-Nya dalam hidup saya, dan memberikan hidup kita sebagai persembahan yang hidup dalam keseharian kita melalui tindakan, ucapan, sikap, dan gaya hidup. Sungguh menakjubkan melihat semangat yang luar biasa dari para pemuda ketika mereka berbagi kisah perjalanan mereka bersama Tuhan selama konferensi generasi muda. Segala kemuliaan bagi Tuhan.

Saya meneteskan air mata setiap kali memikirkan bagaimana Tuhan telah menyertai saya. Sungguh luar biasa melihat anugerah-Nya, yang ingin memakai seseorang yang tidak berdaya dan tidak sempurna seperti saya. Saya tergerak oleh kasih-Nya dan cara saya dapat memandang Yesus, dasar dan penyempurna iman saya. Seperti yang disebutkan Rasul Paulus dalam Galatia 5:13, ” Kamu, saudara-saudaraku, dipanggil untuk bebas. Tetapi jangan gunakan kebebasanmu untuk memuaskan daging; melainkan layani satu sama lain dengan rendah hati dalam kasih.” Kita pertama-tama dipanggil untuk memiliki hubungan dengan Yesus, sehingga kita dapat membuat-Nya dikenal melalui hidup kita. Kita dipanggil untuk mengasihi Dia dengan mengasihi orang lain.

Gereja Tuhan, kita dipanggil untuk bekerjasama dengan-Nya dan menghasilkan buah melalui setiap perbuatan baik yang kita lakukan dalam Kerajaan Allah. Namun, penting bagi kita untuk introspeksi diri sendiri: apakah ada area dalam hidup saya yang perlu saya serahkan kepada Tuhan? Apakah ada sesuatu dari masa lalu yang perlu saya selesaikan dan biarkan Tuhan bekerja dalam saya? Atau mungkin Anda dipanggil untuk melakukan sesuatu di luar zona nyaman Anda? Saya berdoa agar Anda akan terus melangkah ke dalam kebebasan yang Tuhan berikan dengan murah hati kepada kita, sehingga kita dapat menjalani iman dalam keluarga, sekolah, pekerjaan, dan di mana pun pelayanan yang Tuhan tempatkan.

Dalam berkat-Nya,
Jennifer Wijaya
Koordinator Wanita Global

Post a Comment