MENGATASI PERTEMPURAN DALAM PIKIRAN
Dalam budaya saat ini, kecemasan dan depresi semakin umum dan menjadi masalah yang seringkali sulit dihadapi oleh banyak orang. Secara pribadi, Amsal 17:22 telah membantu saya melewati momen-momen dalam hidup saya ketika merasa kesepian, terluka, dan tertekan.
“Hati yang gembira adalah obat yang manjur,
tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.”(Amsal 17:22 TB)
Saya mengerti bahwa ayat ini mungkin terdengar seperti meremehkan orang-orang yang didiagnosa menderita depresi kronis. Namun, saya percaya bahwa ketika Yesus mati dan bangkit kembali, hal itu dilakukan untuk mengatasi semua dosa dan kesedihan kita. Yesus telah dicobai dalam berbagai hal, namun Dia tidak berbuat dosa. Yesus telah memberikan teladan kepada kita bagaimana mengatasi keputusasaan.
Dalam artikel ini, saya ingin menggali lebih dalam tentang apa yang Alkitab jelaskan sebagai hati yang gembira dan membagikan beberapa cara yang pernah saya sarankan kepada para konseli saya ketika mereka menghadapi hati yang berat.
Satu hal yang saya tahu pasti adalah bahwa Yesus tidak pernah menjanjikan kepada kita sebagai pengikut-Nya bahwa kita akan memiliki kehidupan yang mudah dan bebas dari masalah di bumi ini. Dalam hidup ini adalah hal yang wajar jika kita mengalami kesedihan, namun yang terpenting adalah bagaimana kita menanggapinya. Ketika fokus kita tertuju pada diri kita sendiri, maka akan menjadi semakin sulit untuk bangkit dari tantangan hidup.
Untuk memiliki hati yang gembira, tidak dapat ditemukan dalam hal-hal yang fana di dunia ini, tidak dapat dipenuhi dengan sifat buruk, atau diatasi dengan obat anti depresi. Hati yang gembira hanya dapat ditemukan melalui Yesus sendiri, karena Dia berjanji kepada kita bahwa Dia selalu menyertai kita melalui “air yang dalam, sungai kesulitan, atau api penindasan” (Yesaya 43:2 NLT).
Yesus tidak akan membiarkan kita menghadapi kesedihan sendirian dan saya sarankan untuk menemukan penghiburan dengan membaca Firman Tuhan. Sesuatu yang berhasil bagi saya adalah menuliskan Firman Tuhan di catatan tempel. Hal ini membantu saya untuk menghafal, membaca dengan suara keras, dan berbicara kepada jiwa saya saat gelombang kesedihan melanda.

Saya perlu sering menyelidiki hati saya dan mengidentifikasi apa yang menyebabkan saya merasa tertekan. Kemudian saya memilih untuk berpaling kepada Firman Tuhan dan mengizinkan Tuhan memberikan pengharapan dalam jiwa saya seperti yang dikatakan dalam Yesaya 12:2-3 (TB): “Sungguh, Allah itu keselamatanku; aku percaya dengan tidak gementar, sebab TUHAN ALLAH itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku.” Maka kamu akan menimba air dengan kegirangan dari mata air keselamatan.”
Saya mendorong saudara-saudari seiman untuk mengizinkan karya Allah menyembuhkan luka Anda, memberdayakan Anda, dan menjadi sumber kedamaian di hati Anda. Sukacita yang kita terima dari Yesus berbeda dengan apa yang ditawarkan dunia; sukacita itu bertahan lama dan ditemukan dengan tinggal dalam hadirat-Nya. Dalam Yohanes 15:9-13 (TB) Yesus mengundang kita untuk mendekat kepada-Nya untuk mempertahankan sukacita itu.
9 “Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu: 10 Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. 11 Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh. 12 Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. 13 Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.”
Menariknya, Dia berkata bahwa sukacita kita menjadi penuh di dalam Dia, yang berarti setiap kali kita meluangkan waktu bersama Yesus, kita semakin berakar dalam identitas dan panggilan kita sebagai pengikut-Nya. Kita tahu bahwa Yesus pernah mengalami kesedihan. Yesus menangis saat Lazarus meninggal, Dia merasa sangat berduka saat Yohanes Pembaptis dipenggal, dan Dia menangis darah beberapa saat sebelum ditangkap oleh orang Romawi.
Pada saat-saat yang menyedihkan itu, Yesus tetap menunjukkan rasa hormat, penundukan, dan semangat kepada Allah. Dia tidak membiarkan emosinya menguasai-Nya, sebaliknya Dia menaruh kepercayaan-Nya kepada Bapa Surgawi. Dengan berjalan dalam Kebenaran-Nya, itu memberikan sebuah jaminan pada jiwa kita tentang siapa kita di dalam Kristus, untuk apa Allah memanggil kita, dan perjanjian yang kita miliki di dalam Dia.
Saya sarankan untuk mencurahkan perasaan, pikiran, dan doa-doa Anda ke dalam jurnal. Hal ini telah membantu saya dalam memproses pikiran saya dan memungkinkan Firman Tuhan memperbarui pikiran saya. Musuh sering kali menanamkan kebohongan dan ketakutan dalam hati kita. Kabar baiknya, ini adalah sebuah pilihan. Saya mengajak Anda untuk menuliskan setidaknya 3 hal yang Anda syukuri setiap hari atau beberapa target yang tercapai. Selain itu, cobalah untuk meluangkan waktu untuk keluar rumah atau menyembah Tuhan melalui musik. Saya merasa bahwa aktivitas-aktivitas ini membantu mengatur emosi dan menfokuskan kita kembali kepada Tuhan, bukan kepada situasi atau wacana negatif dalam pikiran kita.

Terakhir, saya pikir hati yang gembira juga berarti bahwa kita tidak bisa bertumbuh dalam isolasi, melainkan kita perlu terhubung dengan tubuh Kristus. Penting untuk mengelilingi diri kita dengan orang-orang yang dapat mendorong, menguatkan, dan mendoakan kita dalam suka dan duka kehidupan. Saya bersyukur kepada Tuhan atas orang-orang di tempatkan dalam hidup saya, yang sering memberikan kata-kata penguatan dan yang menyehatkan jiwa saya setiap kali saya berbagi pengalaman hidup dengan mereka. Pastikan untuk menemukan orang-orang yang Anda percayai atau komunitas iman yang dapat mendukung dan mendampingi Anda melewati masa-masa sulit.
Kembali ke Yohanes 15:12, Yesus berkata bahwa sukacita kita akan penuh ketika kita mengikuti perintah-Nya untuk saling mengasihi seperti Dia telah mengasihi kita terlebih dahulu. Sebagai pemimpin pemuda di gereja, saya merasa sangat senang ketika melihat orang yang saya bimbing akhirnya menyadari kemampuannya untuk melayani Kerajaan Allah. Itu membuat saya mengerti mengapa Yesus mengatakan bahwa kita perlu menyerahkan hidup kita atau dengan kata lain, mendedikasikan waktu, perhatian, dan talenta kita untuk melayani Tuhan dengan melayani orang lain.
Jika memungkinkan, carilah kesempatan untuk menjadi sukarelawan di komunitas Anda atau pelayanan di gereja Anda. Bagi saya, kepuasan ditemukan ketika kita dapat mengelola apa yang kita miliki untuk kesejahteraan orang lain dan menjadi perpanjangan tangan Tuhan.

Saya ingin mendorong Anda bahwa apa pun yang sedang Anda alami adalah wajar, tetapi Yesus tidak pernah terlalu jauh dari jangkauan Anda. Izinkan Dia duduk bersama Anda dan melayani Anda dalam kesulitan. Saya mendorong Anda untuk terus mendekatkan diri ke hadirat Tuhan dan menyerahkan kecemasan Anda kepada-Nya karena Dia peduli dengan Anda. Saya pastikan bahwa Dia adalah Tuhan yang memulihkan dan menolong kita untuk bertahan melalui badai kehidupan.
Sumber: Jennifer Wijaya (Koordinator Wanita Global)