Ruang Tunggu Tuhan
Di awal tahun ini, seluruh gereja kita berbicara tentang clarity, first things first, dan juga menunggu Tuhan. Semakin saya merenungkan kata “menunggu”, semakin Tuhan berbicara di dalam hati saya tentang gambaran ruang tunggu. Ketika kita pergi ke dokter gigi atau klinik dokter, kita sering melihat ruang tunggu yang didesain dengan bagus, lengkap dengan majalah, lukisan yang menenangkan, kursi yang nyaman, dan terkadang jika mereka bermurah hati, kita juga bisa menikmati secangkir kopi yang enak!
Menunggu seharusnya menjadi “jeda”, dan waktu istirahat di tengah kesibukan kita. Ketika kita menunggu, Tuhan berbicara, ide-ide datang, dan hal-hal baru didapatkan.
Namun di zaman serba cepat yang kita jalani sekarang ini, menunggu menjadi hal yang langka… seni yang hilang, masa lalu yang kabur. Menunggu bahkan menjadi hal yang negatif; menunggu macetnya lalu lintas, menunggu antrean penjemputan, menunggu masa karantina. Sehingga kita mengeluh dan menganggapnya tidak produktif dan sangat membuang waktu.
Jadi sekarang yang kita lakukan ketika menunggu adalah berpaling pada smartphone sambil menyerap berbagai informasi, berbelanja lagi di toko online, melihat update sosial media atau menonton acara, dan lain-lain.
Ada penelitian terbaru yang dilakukan oleh dua universitas besar di Jerman dan Inggris. Dalam penelitian ini, peserta dibiarkan di ruang tunggu sendiri selama 10 menit. Mereka bertahan rata-rata 44 detik sebelum menyentuh smartphonenya. Pria bahkan tidak bisa bertahan setengah dari waktu ini, menunggu rata-rata hanya 21 detik dibandingkan wanita pada 57 detik.
“Eksperimen ini menunjukkan bahwa tanpa disadari orang-orang jauh lebih terikat pada smartphone mereka. Kita akan otomatis beralih ke smartphone ketika kita sendirian. Orang tidak lagi menunggu,” kata J. Binder dari University of Nottingham Trent dalam siaran persnya.
Terlepas dari semua ini, Tuhan berbicara sangat jelas untuk kita semua di awal tahun 2022. MENUNGGU TUHAN. Sebelum Yesus memberikan amanat agung yang terkenal “PERGI dan MEMURIDKAN”, Dia menyuruh mereka untuk “MENUNGGU”. Kisah Para Rasul 1:4 “Jangan tinggalkan Yerusalem, sampai Bapa mengirimkan kepadamu karunia yang dijanjikan-Nya, seperti yang telah Kukatakan kepadamu sebelumnya. Yohanes membaptis dengan air, tetapi hanya dalam beberapa hari kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus”.
Jangan tinggalkan Yerusalem. Jangan keluar kota. Tetap tinggal. Tunggu.
Jadi, mengapa begitu sulit bagi kita untuk menunggu Tuhan?
Gangguan, kebisingan, dan hiburan ada di mana-mana – itu salah satunya. Selain itu, kita dibombardir dengan pesan WhatsApp dan DM notification yang tidak pernah berakhir di setiap detik dalam hidup kita.
Di awal tahun 2022 ini, saya ingin mendorong kita semua untuk menyadari gangguan-gangguan ini dan lebih bersunguh-sungguh untuk “menunggu Tuhan”.
Ketika menunggu, Tuhan berbicara. Tuhan menyingkapkan, menyembuhkan, dan memulihkan.
Ketika menunggu, Tuhan mencurahkan Roh Kudus, Tuhan hadir dan menunjukkan KUASA-Nya.
Ketika menunggu, dalam Kisah Para Rasul 2, Injil menyebar ke SELURUH DUNIA! Tanpa Twitter, Instagram, atau video apa pun yang bisa membuat Yesus viral. Pelayanan yang efektif ini hanya dapat dilakukan dengan Kuasa Roh Kudus.
Tapi ini semua harus dimulai dengan menunggu.
Sebelum kita pergi, kita harus menunggu.
Sebelum kita memberi, kita harus menerima.
Cara praktis menantikan Tuhan di tahun 2022. MAKE R.O.O.M. (MEMBUAT RUANG)
- Make– (Membuat) – Pertama, untuk memiliki waktu yang berkualitas, kita harus membuat janji di waktu dan tempat tertentu.
Sulit untuk menjadi akrab dengan siapa pun dalam waktu yang acak atau di tempat umum. Matius 6:5 berkata, Jika kamu berdoa, pergilah sendiri, tutup pintu di belakangmu, dan berdoalah kepada Bapamu secara pribadi.
Yesus sering pergi sendirian untuk berdoa. Percaya atau tidak, untuk melakukan ini, Yesus sering mendaki dan berjalan di alam dalam kegelapan. Yesus mendaki bahkan sebelum mendaki menjadi begitu populer!
Matius 14:23 “Yesus naik ke gunung seorang diri untuk berdoa pada waktu malam.” Lukas 5:16, “Yesus sering mengundurkan diri ke padang gurun dan berdoa”.
Mengikuti langkah-Nya, kita bisa mengatur waktu sendirian bersama Tuhan dengan sengaja dan sesuai kreativitas kita;
mendaki, bersepeda, berjalan di alam, bermain alat musik atau membuat jurnal.
Tetapkan waktu dan tempat tertentu untuk menyendiri dengan Tuhan.
Nabi Habakuk adalah salah satu tokoh favorit saya dalam Alkitab. Ketika dia menghadapi krisis, dia dengan sangat bersungguh-sungguh membuat janji dengan Tuhan dan menunggu-Nya.
Habakuk 2:1- “Aku akan mendaki ke tempat pengintaianku dan berdiri tegak di menara. Di sana, aku akan menunggu Tuhan berbicara, dan bagaimana Dia akan menjawab pengaduanku.”
- R- Rant and Receive. (Berseru dan Menerima).
Tunggu. Apakah dia baru saja mengatakan mengadu? Ya!
Ketika kita sudah menyiapkan waktu dan tempat tertentu untuk menyendiri dengan Tuhan, BERSERU! Bicara terus terang dan jujur tentang keadaan kita. Kita tidak perlu menutupi apa pun dari-Nya.
Nabi Habakuk segera berseru dan mengeluarkan semua isi hatinya di hadapan Tuhan. Habakuk 1: 2-4, “Berapa lama lagi, Tuhan, saya harus meminta pertolongan? Tapi Engkau tidak mendengarkan! Penindasan ada di mana-mana. Saya menangis, tetapi Engkau tidak datang untuk menyelamatkan. Haruskah saya selamanya melihat kelaliman ini? Mengapa saya harus melihat semua kesengsaraan ini. Ke mana pun saya melihat, saya melihat kehancuran dan kekerasan!
Versi kita di tahun 2022 mungkin terdengar seperti ini. “Berapa lama, Tuhan, saya harus melihat pandemi ini berlangsung? Dimana-mana ada orang sakit dan khawatir. Haruskah saya selamanya melihat masker, protokol, dan lockdown ini? Mengapa saya harus melihat semua anak-anak ini masih berada di depan layar mereka? Di mana-mana saya melihat depresi, kecemasan, dan stres!”
Apapun keadaaan kita, Tuhan siap dengan jawaban-Nya dan perspektif-Nya yang menyegarkan. Setelah kita berseru dan menyatakan ketidakberdayaan di hadirat-Nya, MENERIMA DAMAI-Nya yang melampaui segala akal. Dalam Yohanes 20:19, ketika murid-murid mengurung diri setelah kematian Yesus, TIBA-TIBA, Yesus berdiri di tengah-tengah mereka! “Damai sejahtera bagimu”, katanya. Mereka dipenuhi dengan SUKACITA ketika melihat Tuhan. Kemudian Yesus menghembusi mereka dan berkata, “TERIMALAH ROH KUDUS.”
Wow! Betapa menyegarkannya MENERIMA KEHADIRAN, DAMAI, DAN KEKUATANNYA setelah kita berseru tentang keadaan kita.
- O- Observe His words and write them down (Amati Firman Tuhan dan tuliskan).
Setelah Habakuk berseru tentang situasinya, Tuhan segera menjawabnya! Habakuk 1:5 Tuhan menjawab, “Lihatlah di antara bangsa-bangsa, perhatikan dan tercenganglah! Sebab Aku melakukan pekerjaan yang tidak akan engkau percayai, bahkan jika seseorang memberitahumu tentang hal itu!”
Tuhan memiliki perspektif baru mengenai keadaan kita dan Dia pasti akan memberitahukannya kepada kita. Amati apa yang Dia katakan mengenai masalah tertentu. Setiap kali kita membuat janji dengan Tuhan, akan selalu ada percakapan dua arah. Dia tidak akan membiarkan kita menggantung.Dia selalu muncul, selalu berbicara, selalu memberi semangat.
Setelah Dia berbicara, Tuhan ingin kita menuliskannya di loh-loh. Habakuk 2:2, Kemudian Tuhan berkata kepadaku, “Tuliskan jawabanku dengan jelas di loh-loh (loh-loh = tablets dalam Alkitab Bahasa Inggris versi NLT), sehingga seorang pelari dapat membawa pesan yang benar kepada orang lain”. Bukankah menakjubkan bahwa bahkan sebelumnya di zamannya Habakuk, Tuhan bernubuat bahwa suatu hari kita akan bekerja dengan menggunakan “tablet” di tangan kita? Tulis pewahyuan Tuhan di iPad Anda, tablet Samsung, atau jika Anda versi jadul seperti saya, buatlah jurnal dengan pena warna-warni.
- O- Obey immediately (Segera patuhi).
Setelah memberi kita kehadiran, kedamaian, kekuatan, dan perspektif-Nya, Tuhan akan memberi kita petunjuk khusus mengenai bagaimana kita harus melalui keadaan kita.
Habakuk 2:3 “Penglihatan ini untuk waktu yang akan datang. Ini menggambarkan akhir, dan itu AKAN digenapi. Jika tampaknya lambat datang, tunggu dengan sabar, karena itu pasti akan terjadi.
Dalam waktu sendirian dengan-Nya, Tuhan sering memberi kita tugas khusus yang harus kita fokuskan. Mungkin juga strategi khusus mengenai cara menangani masalah tertentu, atau cara merespons (bukan bereaksi) terhadap masalah tertentu. Perhatikan dan segera patuhi. Jangan gunakan metode, strategi, dan hikmat kita sendiri! Ganti dengan metode Tuhan.
Di awal tahun ajaran ini, Elijah, anak ketiga kami, menolak untuk pergi ke sekolah. Kami menunggu di jalur pengantaran, dan ketika giliran kami untuk menurunkan anak-anak, dia menolak untuk turun dari mobil. Saya tidak bangga mengatakan karena ini terjadi selama seminggu, keadaan ini membuat saya frustrasi dan sering membuat saya marah. Baru pada minggu kedua Tuhan mengingatkan saya untuk datang kepada DIA dengan semua pertanyaan dan frustrasi saya. Saat itulah Dia mulai berbicara kepada saya. Ketika saya menopangkan tangan kepada Elijah di malam itu, Tuhan dengan lembut berbicara di hati saya.“Aku merancangkan damai sejahtera untuk Elijah, bukan kecelakaan. Sebuah masa depan yang penuh harapan”. Seketika air mata mengalir di pipi saya dan saya meminta hikmat dan “langkah selanjutnya” dari Tuhan.
Tuhan kemudian mengarahkan kami untuk bertemu dengan dokter anak. Dan dokter mendiagnosis Elia dengan “kecemasan situasional”. Menolak pergi ke sekolah adalah pengalaman yang wajar dan umum dialami oleh anak-anak kecil, terutama jika mereka telah tinggal di rumah sekian lama. Jadi saya dan suami membuat rencana dengan dokter anak dan guru Elijah. Rencana Tuhan! Saya tidak akan memikirkan semua ini jika saya tidak datang kepada Tuhan untuk meminta jawaban. Saya mungkin akan menghukumnya untuk memaksanya tunduk.
Tuhan memberi kami hikmat untuk memberikan Elijah “insentif” dan “hadiah yang baik” sepanjang hari sekolahnya. Rupanya, untuk anak berusia 6 tahun, berada jauh dari orang tuanya selama 6 jam berturut-turut adalah konsep yang menakutkan. Oleh karena itu, memberinya hadiah kecil sepanjang hari akan sangat membantu. Jadi kami mulai memasukkan sebuah bola sepak ke dalam ranselnya. Dengan cara ini, dia akan menantikan 3 waktu istirahatnya sepanjang hari untuk menendang bola bersama teman-temannya. Selain itu, Elijah suka makan. Jadi setiap pagi, kami akan mengumumkan menu makan siang sebelum dia berangkat ke sekolah. Matanya akan berbinar-binar, dan dia akan menantikan makan siang sepanjang pagi. Sedikit demi sedikit rasa sukanya terhadap sekolah tumbuh dan kecemasannya mereda.
Hari ini, dia menyukai sekolah, menjadi pemain favorit di tim sepak bolanya, dan saat saya menuliskan ini, dia sedang bertanding di kejuaraan spelling bee setempat! BETAPA DAHSYAT TUHAN KITA!
Saat kita menantikan Tuhan, Dia akan menyatakan rencana-Nya, metode-Nya, bukan bersandar pada pengertian kita. Pikiran dan jalan-Nya selalu melampaui dari akal dan pemikiran kita.
- M- Make another appointment (Buatlah janji berikutnya)
Sama seperti ketika kita membuat janji dengan mentor favorit, dokter kesehatan, atau teman lama kita, sebelum pertemuan berakhir, pastikan kita membuat janji untuk pertemuan berikutnya. Ingatlah bahwa ini adalah perjalanan dengan Yesus, bukan kesepakatan satu kali.
Saat kita menantikan Tuhan, ingatlah bahwa Dia telah menanti kita juga. Biarkan Dia menyegarkan kita dengan makanan rohani, pewahyuan, dan kekuatan yang baru setiap hari.
Di tahun 2022, mari kembalikan hati dan pikiran kita kepada DIA.
Kurangi scrolling, perbanyak menunggu.
Kurangi reels, perbanyak hubungan.
Mengikuti DIA, lebih dari mengikuti orang lain.
Sumber : Joy Sukadi (Koordinator Wanita Global)
Selanjutnya: Terima Kasih, VOLUNTEERS