DOA YANG MEMBAWA TEROBOSAN
Bagaimana kita merespons ketika menghadapi musim penantian, kekecewaan, hambatan, atau ketakutan? Saya tumbuh di gereja dan belajar bahwa terkadang Tuhan menjawab “ya” atas doa-doa kita, sementara di waktu lain, Dia berkata “tidak” atau belum menjawab hal-hal yang kita minta. Sebagai seseorang yang cenderung berpikir berlebihan, reaksi naluriah saya sering kali adalah mencari solusi terlebih dahulu daripada mencari Tuhan. Namun, tahun ini, Dia dengan lembut membimbing saya untuk berhenti mengandalkan pengertian saya sendiri dan sebaliknya mencondongkan telinga saya kepada-Nya.
Yesus sedang mengajarkan saya untuk berkomunikasi dengan-Nya dan menyerahkan kekhawatiran saya melalui doa. Sejujurnya, ini bukanlah perjalanan yang mudah. Saya hampir bisa memahami apa yang dirasakan Hana, seorang wanita dalam Alkitab yang menghadapi kesedihan karena kemandulan selama sebagian besar hidupnya dan menanggung hinaan dari keluarganya sendiri. Kerinduan Hana akan seorang anak laki-laki sangat memengaruhi kesehatan fisik dan emosionalnya. Dalam 1 Samuel 1:10-11, kita membaca:
“dan dengan hati pedih ia berdoa kepada TUHAN sambil menangis tersedu-sedu. Kemudian bernazarlah ia, katanya: “TUHAN semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hamba-Mu ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada TUHAN untuk seumur hidupnya dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya.”
Pada saat itu, Hana merasa tidak diperhatikan dan tersesat dalam ketidakpastian hidupnya. Mungkin beberapa dari Anda sedang mengalami musim kekeringan serupa, di mana Anda tidak merasakan kehadiran Tuhan di dekat Anda atau merasa ragu tentang masa depan Anda. Saya ingin mengingatkan Anda bahwa Allah kita adalah El Roi—Allah yang melihat. Anda berharga di mata-Nya, dan Dia sangat mengetahui kebutuhan Anda. Bahkan ketika sulit untuk memahaminya, Dia terus bekerja di balik layar, dan jalan-Nya jauh lebih dalam dan lebih tinggi daripada jalan kita.
Selama perjalanan saya bersama-Nya, saya melihat Tuhan sebagai Bapa yang penuh kasih dan pelindung yang setia. Ketika Dia belum menjawab doa-doa saya, saya belajar untuk percaya bahwa Dia sedang memurnikan karakter saya dan mempersiapkan masa depan saya.
Gereja, Dia adalah Allah yang membawa terobosan, dan saya percaya waktu-Nya selalu tepat. Ketika Hana selesai berdoa, ayat 18 menyebutkan adanya perubahan dalam perspektifnya, bahwa “wajahnya tidak muram lagi”. Sungguh menakjubkan bagaimana Tuhan dapat menguatkan jiwa kita dan memberikan harapan, bahkan ketika segalanya tidak berjalan sesuai harapan kita. Hanya tinggal menunggu waktu saja bagi kita untuk melihat janji Tuhan digenapi.
Terbukti bahwa setiap kali kita menyerahkan keinginan kita kepada Tuhan, Dia mengejutkan kita dengan pintu-pintu yang terbuka, melampaui apa yang kita bayangkan atau harapkan. Dalam kedaulatan-Nya, Hana melahirkan seorang anak, Samuel, seorang hamba Tuhan yang setia, yang kemudian menjadi imam yang mengurapi Daud sebagai raja atas bangsa Israel. Sungguh suatu kehormatan untuk menjadi bagian dari rencana Allah!
Bulan Agustus lalu, saya mendapatkan kesempatan untuk bergabung dengan tim IFGF Seattle dan World Harvest dalam perjalanan misi ke Kepulauan Riau. Kelompok kami berasal dari berbagai belahan dunia—Seattle, Vancouver, Batam, Siak, Paris, dan Jakarta—namun kami dengan cepat menjadi sebuah keluarga yang dekat, bekerja sama sebagai satu tim yang kompak.

Selama tujuh hari, kami memberikan layanan medis, mengorganisir dan tampil dalam konser Hari Kemerdekaan Indonesia, serta menghabiskan waktu yang berarti bersama anak-anak sekolah dan masyarakat sekitar. Meskipun menghadapi tantangan seperti ombak besar, kelelahan, dan ketidaknyamanan selama perjalanan, kami tetap tersenyum dan tetap bersukacita. Sungguh mengharukan menyaksikan kasih dan hadirat Tuhan dinyatakan melalui setiap pekerjaan baik dan sungguh suatu kehormatan untuk bisa menjadi bagian dari rencana Ilahi Tuhan!

Saya merasakan tangan Tuhan dan perlindungan-Nya sepanjang perjalanan kami, terutama ketika kami mendedikasikan waktu kami pada pukul 6 pagi untuk berdoa, mendengarkan Firman Tuhan melalui renungan yang dibawakan oleh anggota tim, dan menyembah Yesus bersama sebagai satu tubuh Kristus. Saya juga percaya bahwa ini merupakan hasil dari doa-doa syafaat yang dipanjatkan untuk kami, baik sebelum maupun selama perjalanan misi. Doa-doa syafaat tersebut menjadi dukungan yang sangat kuat yang menopang kami hingga akhir.
Saya ingat saat kami menghadapi kendala besar ketika berada di Pancuran. Setelah menyelesaikan layanan medis dan persiapan untuk konser malam itu, tiba-tiba badai besar melanda daerah tersebut. Kami terjebak di gereja, menunggu badai reda. Namun, badai itu tampaknya tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti, dengan hembusan angin yang begitu kencang hingga hampir tidak memungkinkan bagi kami untuk keluar dari tempat tinggal.
Malam itu, kami berkumpul sebagai satu tim untuk meminta hikmat dan petunjuk dari Tuhan tentang apakah kami harus melanjutkan konser tersebut. Kerinduan utama kami adalah melihat jiwa-jiwa dimenangkan bagi Kristus, membangun rasa saling menghormati di antara orang-orang yang belum percaya, dan menyaksikan kemuliaan Tuhan dinyatakan di desa itu. Puji Tuhan, setelah kami berdoa bersama, badai perlahan mereda, berubah menjadi gerimis ringan.
Kami pun berjalan menuju tempat acara, dan acara tersebut menjadi momen yang luar biasa. Tidak hanya menyatukan komunitas, tetapi kami juga berkesempatan untuk bersaksi kepada para penduduk tentang Yesus. Malam itu, kami menumpangkan tangan ke atas orang-orang sakit dan menyaksikan Yesus menyembuhkan mereka secara ajaib. Melalui doa-doa kami, kami melihat orang-orang yang sebelumnya tidak percaya menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka. Itu adalah bukti nyata akan kasih dan kemuliaan-Nya.

Mungkin Anda telah berdoa agar anggota keluarga Anda menerima Kristus, atau Anda sedang berdoa kepada Tuhan untuk mendapatkan kesempatan kerja. Mungkin Anda sedang menantikan tempat tinggal, pasangan hidup, atau seorang anak. Apa pun masa penantian Anda, saya ingin mendorong Anda untuk tetap setia dalam doa. Percayalah bahwa Tuhan sedang bekerja sesuai waktu-Nya yang sempurna, meskipun ketika jawaban-Nya tampak tertunda.
Saya telah menyaksikan kakek saya memutuskan untuk menerima Yesus setelah 32 tahun keluarga kami mendoakannya dengan setia. Pengalaman ini mengajarkan saya bahwa selama niat kita tetap murni dan keinginan kita selaras dengan kehendak-Nya, Tuhan akan menjawab dengan cara yang ajaib. Yang perlu kita lakukan adalah mendekat kepada-Nya, percaya pada waktu-Nya, dan bersandar pada kekuatan-Nya.
Saya berdoa agar Anda terus percaya kepada Yesus dalam segala keadaan, mengetahui bahwa Dia benar-benar memberikan yang terbaik untuk Anda dan rencana yang sempurna bagi hidup Anda.
“tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru:
mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya;
mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.”
(Yesaya 40:31 TB)
Sumber: Jennifer Wijaya (Koordinator Wanita Global)

