Rahasia Menjadi Puas
11Aku tidak mengatakannya karena kekurangan, sebab aku telah mempelajari untuk puas dalam segala keadaan. 12 Aku tahu bagaimana hidup dalam kekurangan dan bagaimana hidup berkelebihan. Aku sudah mempelajari rahasia menjadi puas dalam segala hal, baik kenyang maupun lapar, baik hidup berlimpah maupun kekurangan. 13 Aku dapat melakukan semuanya ini oleh Dia yang memberi kekuatan kepadaku.
(Filipi 4:11-13 Terjemahan NIV)
Menjadi puas dengan keadaan hidup tentunya bukan perkara mudah. Terkadang, banyak iklan TV menawarkan berbagai barang-barang yang perlu kita beli atau menunjukkan tren terbaru yang tidak ingin kita lewatkan. Setiap kali kita mengakses platform media sosial, kita terus-menerus dibombardir dengan sorotan tentang hubungan, harta benda, pencapaian, acara yang mereka ikuti, atau destinasi liburan yang membuat kita ingin berada di sana daripada di tempat kita saat ini. Dan juga di kalangan wanita muda, ada kecenderungan untuk membandingkan tubuh fisik dengan selebriti dan merasa putus asa ketika merasa tidak memenuhi standar kecantikan.
Satu kebenaran yang telah saya pelajari dari membandingkan dan menyimpan rasa iri hati adalah bahwa itu merampas kebahagiaan dan kedamaian saya. Dalam kitab Kejadian, kita melihat Kain iri terhadap persembahan adiknya, yang menyebabkan dia menanggung akibat dosanya. Sementara itu, Rahel sangat terpukul melihat kakaknya, Lea, melahirkan anak-anak untuk suaminya, Yakub. Melalui contoh-contoh ini, kita tahu bahwa perbandingan akan menjauhkan kita dari kepuasan penuh dalam hidup, terutama dalam perjalanan kita bersama Yesus. Setelah berdoa dan merenungkan, berikut beberapa implikasi Alkitabiah yang telah saya praktikkan dalam menemukan rahasia menjadi puas.
- Tinggal dalam hadirat Yesus yang indah
Sebagai seorang yang sedang dalam masa single, ada saatnya ketika berat bagi saya untuk menelusuri Instagram dan bertanya-tanya kapan giliran saya untuk mendapatkan pasangan hidup yang akan melayani dan menjalani kehidupan bersama saya. Melihat foto pertunangan teman-teman saya atau perkembangan keluarga mereka membuat saya merasa seolah-olah saya tertinggal dalam menyelesaikan daftar peristiwa kehidupan. Lalu, saya segera menyadari bahwa pernikahan adalah keinginan yang saleh, tetapi itu bukanlah segalanya yang ditawarkan dalam kehidupan. Identitas dan tujuan kita dirancang oleh Tuhan Yang Mahakuasa. Oleh karena itu, panggilan pertama dan terbesar kita adalah untuk menjalin hubungan dengan-Nya.
Saya selalu menemukan penghiburan dalam Mazmur 23:1-3 (NIV) yang mengatakan, “Tuhan adalah gembalaku, aku tidak kekurangan apa-apa. Ia membuatku berbaring di padang rumput yang hijau, Ia menuntunku ke air yang tenang, Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntunku di jalan-jalan yang benar karena nama-Nya.” Pernyataan ini oleh Daud “aku tidak kekurangan apa-apa” dan oleh Rasul Paulus “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Kristus yang memberi kekuatan kepadaku”, sejalan dalam mengatakan bahwa ketika kita memiliki Yesus, kita memiliki segala yang kita butuhkan.
Keduanya menekankan ketergantungan penuh kepada Tuhan dan mengingatkan kita untuk tetap dekat dengan Bapa Surgawi kita, sumber segala yang kita butuhkan dan peduli terhadap kita. Dia tahu persis apa yang kita butuhkan dan kapan untuk memenuhi kebutuhan kita. Dia lah sang penulis kisah kita yang luar biasa. Tidak ada gunanya membandingkan hidup kita dengan orang lain. Ia telah menjadikan kehidupan kita otentik dan mengaruniakan berbagai karunia, jadi lebih baik kita mencari bimbingan-Nya dalam kehidupan kita sehari-hari.
Saya telah melihat bagaimana keinginan untuk mengendalikan hidup saya telah membuat saya frustasi dan tidak puas. Ketidakpuasan seringkali berakar dari rasa tidak aman di dalam diri kita. Saya berpikir bahwa saya bisa menemukan kepuasan melalui penegasan dan kasih sayang dari orang terdekat. Namun, saya sadar bahwa mencari kasih dari manusia tidak akan membuat saya merasa utuh dan lengkap. Saya telah belajar bahwa hanya Yesus yang dapat mengisi kekosongan di hati saya, dan Ia tahu persis bagaimana membuat saya merasa diperhatikan, didengar, dan dikasihi. Dan kasih karunia-Nya telah menuntun saya pada pertobatan, dan rahmat-Nya mendorong saya untuk mempercayakan diri sepenuhnya kepada-Nya. Tidak ada perasaan yang lebih baik daripada menyadari bahwa Juruselamat kita ingin memberi kita tidak hanya rasa aman dalam kehidupan kekal, tetapi juga sukacita yang melimpah dalam segala keadaan kita saat ini. - Mengucap Syukur
Daripada menginginkan pencapaian atau kepemilikan orang lain, saya percaya bahwa penting bagi kita untuk bersyukur kepada Tuhan atas apa yang telah Dia percayakan kepada kita. Mazmur 103:1-4 mengingatkan kita untuk “Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya! Dia mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu, Dia yang menebus hidupmu dari lobang kubur, yang memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat,” Saya rasa hal ini berlaku dalam segala aspek kehidupan, bahkan dalam pelayanan. Sangat mudah bagi kita untuk terkecoh dengan tipu muslihat si iblis yang mengatakan bahwa kesaksian atau doa kita tidak cukup baik; atau bahwa apa yang kita lakukan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keuangan kita atau dalam memenuhi peran kita sebagai seorang wanita. Daftar itu terus berlanjut, tetapi kita perlu mampu untuk menawan setiap pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus (2 Korintus 10:5).
Sebaliknya, Rasul Paulus mendorong kita dalam Filipi 4 untuk “mempelajari rahasia menjadi puas”. Pembelajaran seringkali memerlukan usaha, latihan, dan disiplin. Ini berarti bahwa agar kita berhenti membandingkan diri kita sendiri dan menghindari terjebak dalam tipuan, kita perlu berusaha untuk memuji Tuhan dalam segala keadaan. Mungkin dengan menyanyikan lagu-lagu penyembahan, berkomitmen untuk mengucapkan tiga hal yang disyukuri sebelum tidur, atau membagikan tentang pekerjaan Tuhan yang luar biasa dalam hidup kita dalam care group dan tempat kerja kita. Sangatlah penting bagi kita untuk mengakui Tuhan dalam segala aspek kehidupan kita. - Mengembangkan berkat dan panggilan yang Tuhan percayakan kepada kita
Salah satu hal yang saya syukuri sebagai seorang wanita lajang adalah kemampuan untuk menggunakan musim hidup saya ini untuk melayani tanpa dibatasi waktu. Dalam saat teduh bersama Tuhan, saya ingat Dia berkata bahwa saya tidak ditinggalkan sendirian. Ada orang-orang di luar sana yang hidup dalam kesepian dan Dia ingin saya menyemangati mereka. Saya memiliki fleksibilitas untuk meluangkan lebih banyak waktu mempelajari firman Tuhan, menyediakan waktu untuk pertemuan tatap muka dengan anggota care group atau menjangkau rekan kerja yang belum mengenal Kristus.
“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Kristus yang memberi kekuatan kepadaku”, Rasul Paulus di sini juga mendorong kita untuk tidak lagi fokus pada kenikmatan duniawi dan jasmani, melainkan menyandarkan sukacita kita pada Kerajaan yang tidak kelihatan dan kekal. Semakin banyak waktu yang kita habiskan untuk tinggal di dalam Yesus, semakin banyak keinginan kita diubah menjadi semakin serupa dengan keinginan-Nya. Kita akan memiliki belas kasihan terhadap umat-Nya dan kepuasan datang ketika kita telah memimpin seseorang kepada Kristus, membagikan Injil, dan memberikan teladan karakter Kristus melalui kehidupan kita. Daripada membandingkan hidup kita dengan orang lain, kepada siapa kita bisa memberi semangat, menghibur, dan menguatkan saat ini? Apa saja yang bisa Anda lakukan untuk menjaga sukacita berjalan bersama Yesus dalam kehidupan sehari-hari?
Dalam berkat-Nya,
Jennifer Wijaya
Koordinator Wanita Global
Selanjutnya: KUNJUNGAN KE IFGF YOGYAKARTA